Zat antibiotik dalam madu yang sebelumnya diduga berfungsi sebagai antibiotik alami adalah karena adanya jumlah kadar gula yang tinggi dalam madu yang mengakibatkan bakteri tidak dapat hidup dan berkembang biak di dalam madu karena efek osmosis. Fakta penemuan terbaru membuktikan bahwa, dugaan ini kurang tepat. Hasil penelitian terbaru menyatakan jika kandungan madu yang memiliki fungsi sebagai zat antibiotik alami adalah adanya zat inhibine. Zat inhibine dalam madu ini diketahui adalah hidrogen peroksida. Madu adalah pemanis alami tertua dan telah dikenal untuk keperluan pengobatan sejak zaman kuno, dewasa ini madu selain dijadikan obat alternatif seringkali dikonsomsi bersama dengan buah-buahan, dimakan dengan roti, ataupun dijadikan campuran minuman.
Sehubungan meningkatnya permasalahan resistensi bakteri terhadap antibiotik, para peneliti mempresentasikan penelitiannya terkait dengan Manfaat Madu Untuk Memerangi Resistensi Antibiotik pada Pertemuan ke 247 Nasional American Chemical Society (ACS), 16 Maret 2014. Profesional medis terkadang menggunakan madu sebagai obat topikal (tindakan pada bagian permukaan tubuh) dan berhasil, para peneliti memprediksi madu tersebut memainkan peran yang lebih besar dalam memerangi infeksi.
Kandungan zat antibiotik yang terdapat di dalam madu murni memang diketahui mudah rusak karena akibat pemanasan karena memasak madu. Kabar baiknya untuk madu mentah atau madu yang tidak diolah dengan dimasak sehingga jumlah kandungan antibiotik alami dalam madu asli lebah ini masih apa adanya maka, akan dapat mencegah munculnya resistensi bakteri dan virus terhadap obat kimia antibiotik untuk yang mengkonsumsinya.
Untuk mereka yang menggunakan obat antibiotik kimia dalam jangka waktu lama biasanya bakteri akan kebal terhadap obat tersebut ketika orang yang memakan antibiotik kimia ini akan menggunakan obat antibiotik dengan dosis yang sama. Maka, untuk mencegah munculnya hal seperti ini anda dapat menggunakan madu murni untuk menetralisir efek negatif dari obat kimia ini. “Kemampuan yang unik pada madu adalah kemampuan untuk melawan infeksi pada beberapa tingkatan, sehingga lebih sulit bagi bakteri untuk mengembangkan resistensi,” kata pemimpin penelitian Susan M. Meschwitz, Ph.D. Yang artinya, Madu memiliki beberapa senjata yang digunakan, yaitu hidrogen peroksida (cairan bening , agak lebih kental daripada air, yang merupakan oksidator kuat), keasaman, efek osmotik, konsentrasi gula tinggi dan polifenol yang semuanya secara aktif membunuh sel-sel bakteri, jelasnya. Efek osmotik, yang dihasilkan oleh tingkat konsentrasi gula yang tinggi dalam madu, menghisap kandungan air dari bakteri, sehingga terjadi kekeringan dan membunuh bakteri tersebut.
Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa madu menghambat pembentukan biofilm bakteri (kumpulan bakteri, yang melekat di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri). “Madu juga dapat mengganggu quorum sensing (hidup bermasyarakat ala bakteri), yang melemahkan tingkat patogenitas bakteri, membuat bakteri lebih rentan terhadap antibiotik konvensional,” kata Meschwitz. Quorum sensing adalah cara bakteri berkomunikasi dengan satu sama lain, dan mungkin terlibat dalam pembentukan biofilm. Pada bakteri tertentu, Quorum sensing ini juga mengontrol pelepasan racun, yang mempengaruhi patogenisitas bakteri (kemampuan yang dimiliki bakteri untuk membuat orang menjadi sakit). Selain madu , teh diketahui juga memiliki fungsi yang sama dalam mengatasi dan mencegah resistensi bakteri terhadapt antibiotik kimia.
www.maduhutankalimantan.com
Info : (Fast Respond) WA/SMS : 082136448445, Telp/SMS : 085750146175 | PIN BB : 5D8002E2